Siapapun pasti udah pernah mendengar tentang SK II, brand skincare bergengsi dengan bahan aktif pitera (Saccharomycopsis ferment filtrate). Saya yakin teman-teman sudah pernah membaca reviewnya, atau bahkan sudah pernah menggunakannya.
Kenapa pitera sangat spesial? Itu kan cuma hasil fermentasi ragi?? Eh jangan salah, hasil fermentasi ragi Saccharomyces punya banyak manfaat bagi kulit karena sifatnya yang skin-identical. Artinya, strukturnya sudah sesuai bagi kulit, bisa memperbaiki masalah kulit tanpa menimbulkan efek samping. Kok bisa begitu? Cara kerjanya sudah saya bahas di post ini. Manfaatnya -- seperti yang sudah kita lihat di berbagai review, bisa mencerahkan kulit, mengurangi tanda penuaan, menghilangkan bekas jerawat, memperkecil pori, menghaluskan kulit, membuat kulit lembab dan kenyal, mengurangi sebum dsb.
Manfaatnya bikin mupeng, setuju?
Saya seumur-umur belum pernah mencoba SK II, terbentur masalah duit hihihi... Tapi saya mengakui SK II hebat, saya sudah lihat hasilnya di wajah teman. Beliau ini teman sekelas saya, wanita berumur 30an yang sudah bekerja & berkeluarga. Saya perhatikan kulitnya makin kinclong dan cerah aja akhir-akhir ini, plus kerut dan flek hitamnya kabur entah kemana.. ajaib!
Saya bener-bener penasaran sama pitera, sudah browsing sana-sini produk apa yang mengandung itu dengan harga terjangkau. Katanya yang harganya lebih murah daripada SK II adalah Secret Key, udah sering direview para blogger Indonesia. Tapi menurut saya harganya masih kemahalan untuk saya hahaha... *jadi orang kok bokek terus*
Kebetulan banget, saya nemu website yang menunjukkan cara membuat toner dari sake. Fermentasinya 3 hari & ditambah asam -- sebenernya udah jadi sake siap minum, tapi dialihfungsikan menjadi toner.
Dalam hati saya membatin, wah.. kalo fermentasinya 3 hari alkoholnya lumayan banget buat bikin muka saya iritasi. Berhubung saya ini orangnya kreatif (kere & aktif), saya putuskan untuk memodifikasi metode fermentasi ini.
Saya berhasil membuat toner ini 3 hari yang lalu. Sengaja saya buat sedikit (cukup untuk 2 - 3 hari), soalnya nggak pakai pengawet -- takut rusak jika disimpan terlalu lama. Saya suka banget hasilnya, ada peningkatan sedikit di kulit saya meskipun baru 3 hari dipakai. Sekarang saya mau membagi resepnya untuk para pembaca, siapa tau ada yang kepingin bikin.
Mari kita sambut.. DIY (do-it-yourself) Saccharomyces Ferment Filtrate Toner! Panjang amat namanya ya.. boleh deh disebut pitera KW atau pitera-piteraan hehehe...
Cara bikinnya? Mudah sekali!
1. Siapkan 3 bahan utama :
- ragi roti (merek Fermipan)
- nasi putih 2 sendok makan
- air setengah gelas
Disarankan nasinya adalah nasi yang baru matang, bukan nasi yang sudah menginap di magic com. Percobaan pertama saya pakai nasi yang udah nginep di magic com 1 hari, hasilnya bau tonernya amit-amit. Hari ini saya mencoba memakai nasi yang baru matang, hasil fermentasinya tetap bau kecut tapi nggak separah yang kemarin hehehe...
Nasinya didinginkan dulu, jangan panas-panas karena nanti raginya mati & tidak bisa melakukan fermentasi. Airnya pun jangan air yang terlalu dingin atau panas. Harus sekitar 25 - 30 derajat celsius (kurang lebih sama dengan suhu ruang).
Untuk melakukan fermentasi disarankan pakai wadah kaca, misalnya gelas/toples kaca (syukur-syukur kalo kalian punya erlenmeyer atau tabung fermentasi, hehe). Pokoknya jangan yang dari plastik ya..
Semua peralatan harus steril. Nggak cuma dicuci dengan sabun, tapi juga direndam dalam air panas supaya tidak ada bakteri yang mengganggu aktivitas ragi saat fermentasi.
2. Masukkan nasinya ke air
3. Masukkan 1 sendok teh ragi
4. Aduk sampai rata
5. Tutup rapat mulut gelas dengan plastik yang diikat karet atau aluminium foil. Pastikan tidak ada udara masuk.
6. Biarkan mengalami fermentasi selama 3 jam. Selama fermentasi akan terbentuk gelembung-gelembung udara kecil yang naik ke permukaan cairan, seperti gelembung minuman soda. Itu adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari fermentasi. Perubahan lainnya yaitu nasi menjadi hancur dan kental seperti gel. Kalo nggak ada gelembung dan nasi nggak hancur, berarti fermentasi gagal. Penyebab fermentasi gagal bisa karena kurang rapat ditutupnya atau karena raginya memang sudah mati.
Setelah 3 jam fermentasi
Gelembungnya super kecil, di foto nggak kelihatan
7. Setelah itu siapkan gelas bersih lainnya untuk tempat filtrat (hasil saringan). Saring hasil fermentasi dengan menggunakan kain bersih yang pori-porinya halus, jangan saringan teh ya.. Paling baik ya pakai kertas saring Whatman seperti yang biasa dipakai di lab. Saya juga nggak punya kertas saring itu, masak harus nyolong di lab kampus? Hehehe.. seadanya aja, pakai kain pun nggak apa-apa.
Bagian yang paling nggak asyik adalah menyaring, karena rawan tumpah dan merembes di kainnya
Harusnya memang pakai kertas saring
8. Masukkan di botol kaca / toples / terserah.. yang penting dari kaca.
Langsung masukkan ke kulkas, ini penting. Jika ditaruh di suhu yang dingin, fermentasi akan berhenti sehingga alkohol yang diproduksi nggak kebanyakan. Selain itu juga akan memperpanjang masa simpannya.
Toner ini masih oke dipakai selama 3 hari. Alkohol yang diproduksi dalam proses fermentasi menjadi pengawet alami. Sebenarnya jika ditambah air jeruk nipis bisa memperpanjang masa simpannya (asam kuat bersifat sebagai antibakteri). Tapi kulit saya nggak kuat dikasih yang asam-asam. Jika kulit kamu tahan, boleh diberi air jeruk nipis sedikit sebelum memasukkan raginya -- resep aslinya begitu sih.
Oya, cara pakainya biasa aja kayak pakai toner pada umumnya. Mungkin ada yang suka menuangkan di tangan lalu ditepuk-tepuk ke wajah. Kalo saya lebih suka pakai kapas, lebih nyaman aja rasanya. Biasanya orang kalo pakai toner mahal nggak akan menuangnya di kapas -- karena boros. Karena ini buatan sendiri, saya nggak akan pelit-pelit, hehehe...
Pakai kapas boleh
Dituang ke tangan, lalu ditepuk-tepuk ke wajah juga boleh
Toner ini cair banget seperti air (ya memang air). Setelah diaplikasikan ke wajah, pertama rasanya lengket. Kalo udah meresap, kulit terasa lembab dan kenyal. Sama sekali nggak lengket, tapi jadi smooth saat disentuh. Persis seperti efek lotionnya Hada Labo.
Meskipun toner ini sudah pasti ada alkoholnya, tapi kulit saya nggak mengalami iritasi atau kekeringan lho. Justru jadi tambah sehat. Saya pingin menunjukkan hasilnya setelah menggunakan toner ini selama 3 hari.
Ini kondisi kulit saya waktu baru 1 kali memakai toner ini (hari pertama)
Bisa dilihat teksturnya kering dan kasar
Ada bekas jerawat, kemerahan, ice pick scar
Kondisi kulit saya hari ini (7 kali pemakaian toner, hari ketiga)
Pencahayaan fotonya beda, tapi aslinya warna kulit saya ya masih sama
Tapi kemerahannya berkurang, kulit lebih lembab dan bagian yang kasar udah hilang
Noda jerawat & scar masih ada dong.. kan baru 3 hari dipakai
Mungkin kelihatan kurang amazing untuk kalian, tapi menurut saya hasilnya sudah lumayan banget. Kulit saya biasanya kering & kelihatan kasar, jarang-jarang saya bisa punya kulit lembab begini..
Saya mau terus pakai toner ini. Kelihatannya menjanjikan banget, kayak skincare pabrikan hihihi.. Murah meriah pula! Saya beli Fermipan yang isi 11 gram cuma 3500 rupiah aja.
Kesimpulan
(+) gampang dibuat (menurut saya yang agak rempong cuma pas nyaring dan bersih-bersih)
(+) murah meriah
(+) efeknya nyata dan langsung terasa
(-) baunya nggak enak
(-) nggak tahan lama (kan bebas bahan pengawet)
Bikin lagi? iya dong!
Recommended? ya, toner ini recommended untuk kalian semua dengan jenis kulit apapun (terutama yang duitnya pas-pasan untuk skincare high end brand seperti saya)
Bagian filtrasi (penyaringan) bener-bener menyusahkan bagi saya. Kayaknya saya mau beli kertas saring aja deh biar enak..
Kertas saring Whatman
Bisa dilipat sesuai tempatnya, nggak mudah sobek karena cairan dan anti repot
gambar dari psscientific.com dan interchemnet.um.maine.edu
Sekian post hari ini. Ada yang penasaran mau mempraktekkan? Yuk mari!
Fermentation is fun!
-----
18 Mei 2014
Tadi saya bikin lagi toner yang ditambah pengawet makanan (natrium benzoat).
Di Super Indo harganya 5000an isi 33 gram, di toko bahan roti juga jual
Penyaringan masih tetap pakai kain, corongnya dibungkus kain
Filtrat (air hasil penyaringan) ditampung di botol kaca bekas EVOO ukuran 250 ml
Jadinya kurang lebih sepertiga botol atau sekitar 80an ml
Penyaringan jangan sampai ke air yang di dekat nasi
Sisakan air yang keruh, jangan ditampung di botol
Setelah filtrat ditampung, masukkan natrium benzoat
Seujung sendok teh (ini keliatan banyak karena nyebar di sendoknya)
Untuk kosmetik yang tipenya leave-on products (toner, serum, pelembab dll) kadar natrium benzoat maksimal 0,5%. Untuk kosmetik yang dibilas (facial wash, scrub) 2,5%. Untuk produk perawatan mulut 1,7% (sumber).
Natrium benzoat nggak boleh dicampur dengan vitamin C dan vitamin E karena akan bereaksi membentuk benzene. Benzene bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Jika kalian berniat membuat toner ini dengan natrium benzoat, pemakaiannya jangan bersamaan dengan serum vitamin C atau vitamin E.
Soal daya tahan, kurang lebih sama dengan produk minuman fermentasi yang memakai pengawet. Bisa lebih dari 2 minggu mungkin (kurang tau, saya jarang beli produk minuman fermentasi dan nggak memperhatikan tanggal expirednya).
Setelah itu wadahnya diguncang pelan arah horizontal sampai natrium benzoat tercampur rata
Jangan dikocok secara vertikal
Warna filtratnya kelihatan beda dengan foto sebelumnya, sebenarnya warnanya sama aja
Ini cuma pengaruh warna background
Hal yang harus diperhatikan :
- Penyaringan diusahakan sampai filtratnya jernih, tanpa endapan. Endapan berupa pati dari nasi bisa mempengaruhi bau toner & masa simpan (terutama jika tidak ditambah pengawet)
- Buang toner jika baunya berubah menjadi lebih buruk (bau kecut yang mengarah ke basi)
- Natrium benzoat menghambat pertumbuhan mikroba (termasuk ragi), fermentasi bisa berhenti jika ditambah natrium benzoat meskipun wadahnya tidak dibuka.
- Toner yang ditambah natrium benzoat lebih awet walaupun tidak dimasukkan ke kulkas.
- Meskipun sudah ditambah pengawet, sebaiknya tetap disimpan di kulkas. Lebih segar di kulit juga kan, hehehe..
FAQ
Ini sangat sering ditanyakan. Supaya para pembaca nggak usah repot-repot scroll comment harap dibaca ya..
Kenapa nasi saya nggak bisa hancur? Apakah berarti toner saya gagal?
Itu tidak gagal. Nasi yang tidak hancur disebabkan karena tekstur nasi yang dimasak tidak terlalu lunak. Nasi yang sangat lunak lebih mudah hancur.
Kenapa gelembung yang dihasilkan cuma sedikit? Apakah berarti gagal?
Kemungkinan ragi kurang baik, perlu diganti ragi yang baru. Penyebab lainnya yaitu nasi terlalu keras sehingga sulit dicerna oleh ragi.
Selain itu banyaknya gelembung gas karbondioksida yang dihasilkan tergantung dari kadar gula dalam nasi yang difermentasi. Beda varian beras juga beda kadar gulanya. Jika gelembung sedikit padahal ragi yang digunakan masih baru dan nasinya lunak, mungkin karena jenis berasnya berkadar gula rendah.
Apakah toner ini aman digunakan untuk wajah? Apakah ragi roti tidak berbahaya?
Jawab : Saccharomyces cerevisiae adalah spesies ragi yang sangat aman untuk kulit. Lengkapnya silahkan baca di postingan saya yang berjudul Amankah Ragi Roti untuk Wajah?
Apakah toner ini aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Ya. Silahkan dibaca di artikel Amankah Ragi Roti untuk Wajah?Sebaiknya setelah cuci muka. Tergantung berapa kali sehari Anda mencuci muka.
Apakah setelah menggunakan toner ini wajah harus dibilas lagi?
Tidak perlu membilas muka lagi, ini kan toner.
Bolehkah menggunakan serum, day cream / night cream setelah memakai toner ini?
Ya, tentu saja.
Berapa lama daya tahan toner ini di luar kulkas jika tidak diberi pengawet?
Toner ini harus dimasukkan ke kulkas. Jika tidak ada kulkas, bisa direndam dalam mangkok air. Daya tahannya sekitar 3 hari.
Tapi usahakan seluruh bagian botol terendam (kecuali bagian tutup botol)
Apakah Lintang masih menggunakan toner ini? Kan sudah beberapa bulan, update dong hasilnya?
Ya, saya masih selalu menggunakan toner ini tapi saya selang-seling dengan DIY toner lainnya. Memang sebaiknya kita nggak hanya menggunakan 1 macam DIY, harus diselang-seling supaya kulit tidak cepat jenuh. Kulit butuh variasi nutrien.
***
Semoga cukup membantu..
Disclaimer
- Review dibuat berdasarkan pengalaman pribadi, hasilnya dapat berbeda-beda di setiap orang tergantung kondisi kulit dan kecocokan terhadap bahan.
- Apabila hendak me-repost artikel ini, mencopy atau mengutip dengan perubahan harap mencantumkan link blog saya sebagai sumbernya.
0 Response to "DIY Saccharomyces Ferment Filtrate Toner"
Posting Komentar