Siapapun yang mampir ke blog saya pasti menyadari, saya suka mereview produk kosmetik lokal. Memang sudah sering saya jabarkan, saya suka produk lokal karena harganya murah dan mudah ditemukan, saya kan nggak suka belanja online.
Sekarang sedang ngetrend belanja kosmetik luar secara online
Ribet ah, harus nunggu beberapa hari atau minggu padahal sudah kepingin banget mencicipi (?) si produk idaman. Belum lagi khawatir soal tipu-tipu, saya ini orangnya susah percaya sama orang lain -- apalagi untuk urusan yang menyangkut duit dan keamanan produk. Gimana kalo nanti saya udah bayar dengan harga mahal tapi ternyata yang saya terima adalah barang palsu yang keamanannya nggak dijamin? Zonk banget nggak tuh..
Saya orangnya paranoid terhadap cyber crime dan segala jenis tipu-tipu
Biarpun banyak orang udah merekomendasikan online shop langganan mereka yang katanya terpercaya, saya tetap tidak terpengaruh. Dibilang kurang update, nggak gaul hari gini nggak belanja online bla bla bla.. ya biarin aja. Ibu saya juga tidak mengijinkan saya untuk belanja online. Katanya nanti bisa kebiasaan dan kebablasan. Order ini itu tanpa dipikir, tanpa cek tester, terus akhirnya tergeletak tidak terpakai karena nggak cocok. Paling sial kalo nggak cocok dengan barang yang mahal, padahal untuk belinya udah menguras tabungan. Ibu saya benar.
Pecinta fanatik produk luar seringkali underestimate terhadap produk lokal. Tapi nggak semua lho, hanya yang benar-benar fanatik. Kan banyak juga pecinta produk luar yang tetap suka produk Indonesia. Kenapa sih mereka underestimate produk negeri sendiri? Dari yang saya baca, ada beberapa alasannya, antara lain :
Perempuan biasanya banci packaging. Siapa yang nggak suka melihat produk yang dikemas dengan menarik? Para pecinta produk luar umumnya melihat produk lokal memiliki kemasan yang tidak unyu dan tidak luxurious. Kemasannya jelek, murahan, rapuh, dll. Ya memang produk lokal bisanya bikin kemasan yang begitu, supaya bisa dijual murah.
Produk lokal satu ini kemasannya hampir selalu dikomplain oleh para beauty blogger
Mereka ingin kemasan yang seperti ini
Seandainya produk lokal kemasannya seperti ini pasti harganya naik berkali-kali lipat
Seandainya kemasannya dibuat yang bagus dari bahan berkualitas, saya yakin harga jualnya akan naik drastis dan malah tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Gimanapun juga itu nggak mungkin, Indonesia kan negara berkembang, daya beli masyarakatnya nggak setinggi negara maju. Banyak orang masih mikir-mikir untuk beli kosmetik, kebutuhan yang lain aja banyak..
2. Kualitas aplikator bawaannya
Blush on dan eyeshadow lokal sering dibilang aplikatornya jelek, kecil, kasar, nggak nyaman dipakai. Spons bedak tipis, kasar seperti handuk dsb. Balik lagi ke masalah harga. Aplikator bagus yang diberikan secara cuma-cuma pasti memerlukan biaya besar.
Spons gratisan dari bedak lokal biasanya begini
Brush bawaan dari blush on lokal umumnya kecil dan nggak lembut
Banyak orang yang menggerutu "Mending nggak usah ada, daripada ngasih gratis tapi nggak mutu!"
Hmm.. tapi nggak semua orang menyiapkan anggaran khusus untuk beli makeup tools lho. Saya yakin para beauty blogger punya makeup tools yang bagus, tapi banyak sekali perempuan Indonesia tidak punya. Aplikator gratisan pun nggak masalah, yang penting bisa dipakai untuk memoles makeup.
Saya juga termasuk orang yang pernah mengeluh soal packaging dan aplikator bawaan produk lokal, makanya saya bikin post ini untuk menginsyafkan diri sendiri hehehe..
3. Aroma
Beberapa produk lokal punya aroma yang katanya mengganggu. Merek yang paling sering dikomplain adalah Viva dan Fanbo. Banyak yang bilang wanginya nyegrak, jadul, murahan dll pokoknya yang jelek-jelek. Saya rasa aroma seperti itu adalah ciri khas retro yang menjadi trade mark mereka, hehehe..
Wangi bunga memang menyenangkan, tapi kalo terlalu strong jadinya tidak enak
Tapi keluhan konsumen ada baiknya didengarkan. Parfum dalam kosmetik tidak selamanya baik, bahkan banyak orang yang kulitnya sensitif terhadap parfum.
4. Coverage
Coverage yang dimiliki makeup penting bagi para makeupnista yang wajahnya nggak flawless. Kebanyakan pecinta fanatik makeup luar meyakini bahwa concealer, foundation, BB cream dan bedak lokal tidak sebagus merek luar.
Pasti pada tau video Cassandra Bankson tentang makeup untuk menutupi jerawat
Banyak yang suka merek makeup yang dia pakai
5. Anggapan "Ada harga, ada kualitas"
Yang mahal pasti lebih bagus, itu anggapan sebagian besar orang. Nggak selamanya begitu lho. Mereka yang terbiasa memakai produk luar dan nggak pernah pakai produk lokal pasti ketinggalan info ini, hihihi..
Beberapa temen saya suka mengoleksi makeup walaupun mereka nggak punya blog. Makeupnya macam-macam, dari yang lokal & murah sampai yang mahal. Salah satu temen saya bilang "Lipstik Yves Saint Laurent Rouge Volupte teksturnya mirip Sariayu lho! Warnanya yang nggak jauh beda. Tapi menurutku malah bagusan Sariayu."
YSL dan Sariayu, saat dipakai temen saya terlihat sama saja, tapi kata dia bagusan Sariayu
Saya sih cuma angguk-angguk aja, soalnya belum pernah pakai lipstik YSL -- nggak bisa agree atau disagree dengan dia. Dan masih banyak lagi produk lokal yang dia bandingkan dengan produk luar. Saat dia pakai makeup lokal, saya pikir itu makeup luar, nggak bakal tau itu merek lokal kalo dia nggak bilang sendiri. Intinya satu : produk lokal banyak yang bagus, nggak kalah dengan produk luar.
Untuk skincare pun begitu. Saya pernah membaca suatu blog yang berjuang mengatasi jerawat dengan berbagai produk luar : Clinique Acne Solution, Murad Acne Complex, dll (saya lupa apa aja, lupa juga blog siapa). Ujung-ujungnya sembuh karena pakai Bless Acne Series yang meliputi skincare, foundation, dan bedaknya. Pasti banyak yang tau, Bless ini produk lokal yang diprakarsai oleh seorang dokter Sp.KK.
6. Pengalaman buruk yang tidak diketahui pasti penyebabnya
Suatu ketika saya blogwalking, saya menemukan komentar yang cukup lucu dari seorang pembaca blog itu.
"Aku ga berani pake foundie & bedak lokal gara2 dandan di salon pas acara nikahan saudara. Hasil makeupnya tebel banget, mana harus ditahan dari pagi sampai malam, trus besoknya aku breakout parah. Sejak itu big no no pake merek lokal."
Si pemilik blog dengan kalem menjawab "Nggak cocok aja kali. Nggak semua merek lokal begitu."
Kenapa saya bilang commentnya lucu? Pertama, dia bilang breakoutnya gara-gara dandan di salon. Nah, kita semua paham, peralatan salon itu dipakai untuk umum. Siapa yang menjamin makeup tools di salon itu higienis? Siapa yang mengamati tanggal expired di kemasan makeup salon?
Peralatan dan bahan yang ada di salon dipakai oleh umum, nggak jaminan higienis
Kedua, dia bilang makeup itu dipakai dari pagi sampai malam. Siapa aja juga ngerti, makeup berat yang dipakai terlalu lama tentu aja menyebabkan pori-pori tersumbat. Ketiga, dandanannya tebal. Saya pingin tau, gimana usaha dia untuk membersihkan muka dari berlapis-lapis makeup itu. Udah cukup bersih atau belum, mungkin aja masih ada yang tersisa di wajahnya.
Jadi tidak berlebihan kalo saya bilang comment orang ini lucu. Lha penyebab breakoutnya masih belum jelas kok malah menyalahkan merek lokal.
7. Gengsi
"Ortu atau suami kaya raya, masak kosmetik kita merek lokal yang murah? Gengsi dong!" begitu pemikiran beberapa wanita yang berasal dari keluarga kaya. Hihihi.. ya nggak apa-apa sih mau beli kosmetik impor yang mahal, kan itu duit mereka (meskipun mungkin dari ortu atau suami).
Mereka beli produk luar karena gengsi? Biarin aja.. toh belinya pakai duit mereka, mereka juga udah bayar pajak. Kita nggak usah ribut, nanti dikira sirik, hihihi..
Suka produk luar yang mahal-mahal dan luxurious boleh kok, kan pajaknya udah masuk ke kas negara. Tapi jangan sampai menghujat merek lokal ya.. gimanapun juga kita ini orang Indonesia. Menghina produk sendiri berarti menghina karya anak bangsa -- secara tidak langsung menyatakan bahwa kalian malu dan benci menjadi orang Indonesia.
Patut dipertanyakan
Dan mungkin masih banyak alasan mengapa seseorang nggak suka pakai produk lokal. Masing-masing mungkin punya jawabannya.
Tapi saya sangat suka produk lokal. Alasan saya adalah :
1. Murah
Meskipun ada produk lokal yang mahal (bahkan lebih mahal dari beberapa produk luar), namun pada umumnya masih terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Saya adalah tipikal masyarakat negara berkembang yang punya daya beli rendah, hehehe..
2. Gampang dicari dan tester pasti ada
Walaupun cuma dicoba di tangan, setidaknya kita tau bagaimana tekstur & warna aslinya
Meskipun tidak semuanya mudah dicari, setidaknya semua toko kosmetik di kota saya menyediakan berbagai macam produk lokal yang menurut saya oke. Tester pun disediakan, jadi kita tidak seperti beli kucing dalam karung.
3. Warnanya sesuai dengan kulit saya
Warna kulit saya seperti orang-orang di daerah tropis pada umumnya. Saya nggak akan cocok memakai BB cream dan bedak untuk wanita Asia Timur dan warna-warna makeup dekoratif mereka (blush on pink pucat, lip tint baby pink dll). Produk makeup Indonesia warnanya sudah pasti masuk untuk saya.
Warna kulit sawo matang khas Indonesia tidak cocok dengan BB cream yang warnanya seperti ini
4. Ingredients biasanya simpel
Seringkali saya lihat di produk luar, ingredientsnya panjaaang sekali. Banyak bahan kimia yang sebenarnya nggak berguna untuk kulit, hanya berguna untuk produk itu sendiri. Misalnya untuk mencegah penggumpalan (semua kosmetik perlu anti gumpal, tapi macamnya lebih banyak dalam kosmetik negeri 4 musim), mencegah pembekuan dll.
Cuma sunblock aja sepanjang ini ingredientsnya, btw ini sunblock luar dengan SPF 50
Produk dalam negeri jelas nggak perlu bahan anti beku. Ya kecuali perempuan Indonesia semuanya hobi menyimpan skincare & makeup di dalam freezer.
Bahan-bahan tambahan yang nggak berguna bagi kulit justru akan menjadi tambahan radikal bebas yang mempercepat kerusakan sel kulit. Negara kita tingkat polusinya sudah parah (terutama di perkotaan). Udaranya aja udah mengandung banyak radikal bebas, masak masih mau ditambah lagi dari kosmetik?
Ada alasan mengapa kamu harus suka produk lokal :
1. Banyak merek lokal yang halal
Negara kita mayoritas penduduknya beragama Islam. Teman-teman muslimah seharusnya memakai produk yang halal. Sayang banget kan kalo ibadah sudah bagus, tapi kosmetik yang dipakai masih mengandung bahan yang haram? Kosmetik yang haram yaitu yang mengandung bahan-bahan yang berasal dari babi dan hewan lain yang diharamkan, hewan konsumsi yang tidak disembelih sesuai tradisi Islam, serta alkohol (sumber).
Contoh bahan-bahan yang haram antara lain :
- pewarna Cl 77267 (bone charcoal/arang dari tulang hewan)
- pewarna carmine/natural red 4/Cl 75470 / E120 (berasal dari ekstrak serangga Cochineal)
- collagen, elastin (berasal dari jaringan hewan seperti kulit, tendon)
- stearyl alcohol (dari lilin organ spermaceti pada paus/lumba-lumba)
- hydrolyzed animal protein
- silk powder (berasal dari sekresi ulat sutera, banyak terdapat dalam hair products)
- tallow, stearic acid, glycerin, myristic acid (berasal lemak hewan, bisa sapi/domba/babi)
- lanolin (dari kelenjar minyak hewan)
- placenta
- lendir siput
- bisa ular
Brand kosmetik lokal yang terkenal (bukan yang merek gajebo) sudah punya sertifikat halal dari MUI, bisa dilihat di kemasannya yang ada logo ini
Jika kalian melihat ingredients produk lokal yang sudah bersertifikat halal, mungkin masih bisa menemukan bahan seperti collagen, glycerin, stearic acid, stearyl alcohol, myristic acid, lanolin dsb. Jangan khawatir, jangan langsung berpikiran bahwa produsen kosmetik menyogok untuk dapat sertifikat halal *konyol*. Bahan-bahan itu bisa diperoleh dari tumbuhan atau bahan sintetik yang bebas turunan hewan.
Brand kosmetik lokal yang halal apa aja? Oh, banyak.. misalnya
- Wardah
- Zoya
- produk Martha Tilaar (Sariayu, Caring Colours, Mirabella, PAC)
- La Tulipe, LT Pro
- produk Mustika Ratu (Mustika Ratu, Mustika Puteri, Moors, Biocell, Taman Sari Royal's Heritage)
- Viva, Red A
- Biokos
- Ristra
- Rivera
- Marcks Venus
- Purbasari, Freya
- Inez
Jika kalian memakai merek lokal di atas, nggak perlu ragu lagi dengan kehalalannya.
2. Kosmetik lokal dibuat sesuai iklim Indonesia
Saya udah membahas soal skincare yang sesuai untuk daerah tropis di post ini. Lalu bagaimana dengan makeup?
Pernah nggak kalian menyadari bahwa liquid foundation merek lokal umumnya lebih encer, sheer coverage, nggak bisa menyamarkan kekurangan kulit, cepat hilang -- pokoknya beda banget dengan liquid foundie luar. Ada tujuannya lho. Liquid foundation yang ringan dengan poor staying power tentunya tidak berat, masih memungkinkan kulit untuk bernafas bebas. Iklim kita panas dan lembab, maka liquid foundation dibuat seringan mungkin. Cream foundation lokal lebih baik coveragenya daripada varian liquidnya, tapi pastinya lebih berat.
Semoga post kali ini bermanfaat!
Yuk! Kamu orang Indonesia apa bukan?
0 Response to "Yuk Pakai Produk Lokal!"
Posting Komentar